Tuesday, February 28, 2017

DILEMA ETIK - PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN



Contoh Kasus Dilema Etik Proses Keperawatan!!!



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah, apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah, serta apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. 
Sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit karena keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika  tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
B.       Rumusan Masalah
1.                Bagaimana contoh kasus keperawatan sehubungan dengan dilema etik?
2.                Bagaimana tindakan keperawatan yang tepat dalam menangani kasus dilema etik?
C.       Tujuan
Mahasiswa mampu memahami kasus yang berhubungan dengan dilema etik dalam keperawatan serta tindakan yang tepat dalam pembuatan keputusan etik.

D.      Manfaat
Mahasiswa dapat membuat suatu keputusan yang tepat berhubungan dengan kasus-kasus dilema etik.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kasus Keperawatan Sehubungan Dengan Dilema Etik
Nn. Linda usia 20 tahun dengan kanker otak  stadium 4 telah dirawat di RS. Ekstra Media selama 6 bulan. Keluarga telah banyak mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan perawatan Nn. Linda. Keluarga sudah tidak tega melihat kondisi putrinya sehingga meminta pada perawat untuk melakukan suntikan mati dengan alasan lain keluarga sudah tidak memiliki biaya untuk pengobatan putrinya.
B.       Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan Etik
1.      Identifikasi Aspek Moral ( Etik ) Perawatan Yang Terkait
Di satu sisi perawat harus melakukan suntikan mati ( euthanasia ) atas permintaan keluarga dengan melihat kondisi pasien yang sudah tidak memiliki harapan hidup. Tetapi, di sisi lain perawat memiliki perang batin karena tindakann yang akan dilakukan tersebut bertujuan untuk mengakibatkan kematian dan merampas hak hidup seseorang.
2.      Fakta-fakta Yang Relevan dengan masalah Etik
a.       Kondisi kesehatan Nn. Linda yang semakin parah dan tidak memiliki harapan hidup.
b.      Keadaan ekonomi keluargan yang sudah tidak mampu membiayai pengobatan dan perawatan Nn. Linda
c.       Perang Batin yang dialami perawat antara melakukan suntik mati ( euthanasia ) atas permintaan keluarga atau tidak melakukan suntikan tersebut karena keyakinannya bahwa tindakan itu akan merampas hak hidup seseorang.
d.      Keluarga Nn. Linda yang mengingankan putrinya dilakukan suntik mati (euthanasia) karena tidak tega melihat kondisi putrinya yanhg semakin parah.
3.      Penetapan Siapa yang Menentukan Pengambilan Keputusan
a.       Keputusan etik dibuat untuk Nn. Linda yaitu suntikan mati (euthanasia)
b.      Yang terlibat dalam pengambilan keputusan etik adalah keluarga, perawat, dan dokter.
c.       Kriteria  yang digunakan dalam pembuatan keputusan :
·                 Kondisi kesehatan Nn. Linda
·                 Keadaan ekonomi keluarga
·                Permintaan kelurga untuk dilakukan suntikan mati pada Nn. Linda
d.      Yang berwenang dalam pengambilan keputusan adalah keluarga
4.      Pelaksanaan Keputusan
Perawat tetap melakukan suntikan mati (euthanasia) pada Nn.Linda sesuai dengan permintaan keluarga. Tetapi sebelum melakukan tindakan tersebut, perawat telah memberi penjelasan kepada keluarga bahwa euthanasia ada 2 jenis yaitu euthanasia aktif yang secara langsung dilakukannya suntikan mati pada seseorang dan euthanasia pasif yang secara sengaja menghentikan pengobatan pada seseorang.
5.      Evaluasi Hasil Pelaksanaan Keputusan
·      Terselesaikannya dilema etik yang dialami oleh perawat
·      Setelah dilakukan euthanasia Nn. Linda meninggal dunia dengan tenang
·      Keluarga dapat mengikhlaskan kematian anaknya dan memiliki ketenangan batin
·      Komunikasi dari para pengambil keputusan masih harus dipelihara



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masalah pengambilan keputusan sering kali menimbulkan dilema etik karena sangat berhubungan dengan hak asasi manusia dan pertimbangan tingkat keberhasilan tindakan  sehingga memerlukan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu sebagai perawat yang berperan sebagai konselor dan pendamping harus dapat meyakinkan klien bahwa keputusan akhir dari komite merupakan keputusan yang terbaik.
B.       Saran
Dalam pengambilan keputusan hendaknya perawat memperhatikan segala aspek termasuk persetujuan dari keluarga pasien yang terkait erat dengan pasien secara langsung.








Diarrheal Occurrence - Hand Washing Habit with Soap



Diarrheal Occurence 


THE CORRELATION BETWEEN THE HABIT OF HAND WASHING WITH SOAP AND THE DIARRHEAL OCCURRENCE ON PRE SCHOOL CHILDREN



Background of the Study: The diarrheal occurrence is an unhealthy condition because it is signed by defecating in the form of liquid and often in a big quantity of occurrence.  Diarrhea occurs every year in average  on children in Indonesia. The pattern of healthy habit on preschool children becomes the most effective health intervention against the prevention of disease. The impact of the diarrheal occurrence on preschool children can disturb the adequate body function such as hypovolemic  shock dehydration, hypocalemia, convulsions, malnutrition and hypoglycemia.

Aim Of Study: This research was conducted to identify correlation between the habit of  the hand washing with soap and the diarrhea occurrence on preschool children in village unit 10 Pandowan Borosot Galur Kulon Progo.

Research Methodology: It applied quantitative method of survey analytics with the retrospective time approach. The respondents in this research were 32 people with the research subject of 3-6 year old children. This research was conducted in October 2010 up to January 2011. 

The Research Result: There is no correlation between the habit of the hand washing with soap and the diarrhea occurrence on preschool children which was shown with the r value of 0,007 which is smaller than r table of 3,841.

Conclusion and Suggestion: In the research which was conducted by the researcher with preschool children as the subject, significant correlation was not found. The suggestion from the researcher for next researchers is that they can conduct the research on diarrhea occurrence related to the defecating existence and environment sanitation problems through direct observation method by taking wider areas and greater number of research subjects so as to result in more maximum research.

Monday, February 27, 2017

PANDUAN RENCANA PEMULANGAN PASIEN



~~~~~~~~~ DISCHARGE PLANING ~~~~~~~~~~~~~





BAB I
PENDAHULUAN

I.          LATAR BELAKANG
Rencana pemulangan pasien (discharge planning) merupakan suatu proses sistematik untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk memfasilitasi proses perawatan kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan. Discharge planning juga merupakan suatu progress yang berkesinambungan dan harus sudah dimulai sejak awal pasien masuk (untuk rawat inap yang telah direncakan sebelumnya/elektif) dan segera mungkin pada pasien-pasien non elektif.

II.         TUJUAN
1.    Menerapkan standar acuan dalam rencana pemulangan pasien (discharge planning)
2.    Memonitor  dan evaluasi kelayakan rencana perawatan pasien secara periodik

III.        MANFAAT
Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan dan dasar bagi petugas Puskesmas Sentolo 1 dalam proses pemulangan pasien.

IV.       RUANG LINGKUP
Meliputi pemulangan pasien di rawat jalan dan rawat inap

V.        SASARAN
1.    Tenaga medis
2.    Pasien



BAB II
TATA LAKSANA


I.       Assesmen Awal Saat Pasien Masuk
A.    Identifikasi, Persiapan dan Discharge Planning
B.    Peninjauan ulang rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis dan tata laksana)
C.   Lakukan anamnesis : Identifikasi alasan pasien dirawat, termasuk masalah sosial dan perubahan terkini.
D.   Assesmen kebutuhan perawatan pasien berdasarkan kondisi dan penyakit yang dideritanya.
E.    Assesment mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini.
F.    Assesment mengenai status menta pasien
G.   Assesment mengenai kondisi rumah tempat tinggal pasien
H.   Tanyakan mengenai medikasi terkini yang dikonsumsi pasien saat di rumah
I.      Identifikasi siapa pendamping utama/penanggungjawab perawatan pasien
J.    Tanyakan mengenai keinginan dan harapan pasien atau keluarga
K.    Melibatkan pasien dalam perencanaan discharge planning
L.    Gunakan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya
M.   Setelah assesment pasien dilakukan, lakukan koordinasi dengan tim medis meliputi :
1.    Assesment resiko : Pasien dengan resiko tinggi mebutuhkan discharge planning yang baik dan adekuat. Kriteria pasien resiko tinggi :
a.    Usia ≥ 65th
b.    Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara angsung
c.    Stroke, Serangan Jantung, PPOK, Gagal Jantung Kongestif, Impesema, Demenzie, Alzeimer, AIDS atau penyakit dengan potensimengancam nyawa orang lain.
d.    Psien berasal dari Panti Jompo
e.    Tunawisma
f.     Dirawat kembali dalam 30 hari
g.    Percobaan bunuh diri
h.    Pasien tidak dikenal dan tidak ada identitas
i.      Korban dari kasus kriminal
j.      Trauma Multipel
k.    Tidak bekerja/tidak ada asuransi
2.    Identifikasi dan diskusi pilihan perawatn apa yang tersedia untuk pasien
3.    Verifikasi availabilitas te,pat perawatan pasien setelah pulang dari puskesmas


II.      Saat Di Ruang Rawat Inap
A.    Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
B. Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan dan tatalaksana pasien
C.   Tim medis di ruangan harus memastikan pasien memperoleh peraeatan yang sesuai dan adekuat serta proses discharge planning berjalan lancar.
D.   Koordinasi semua aspe perawatan termasung discharge planning, assesment dan peninjauan ulang rencana perawatan.
E.    Memastikan semua rencana berjalan dengan lancar
F.    Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah
G.   Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan pasien dalam 24 jam setelah pasien dirawat.
H.   Identifikasi, melibatkan dan menginformasikan pasien mengenai rencana keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus pasien terpenuhi.
I.      Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
J.   Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan dan konfirmai dengan pasien dan keluarga/penanggungjawab  pasien.


III.    Saat Pasien Akan Dipulangkan
A.  Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan, pasien sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning.
B.  Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah dokter (orang lain yang mendapatkan delegasi kewenangan)
C.  Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pemulangan pasien.
D.  Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh
E.  Nilai kondisi fisik, mental, emosional dan spiritual pasien serta aspek budaya, etnis dan financial pasien.
F.  Tentukan tempat perawatan selanjutnya setelah pasien dipulangkan dari puskesmas yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
G. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri dan sosial.
H.  Finalisasi rencana keperawatan dan atur proses pemulangan pasien.
I.    Pastikan bahwa pasien dan keluarga/pendamping telah memperoleh informasi yang adekuat.
J.   Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis dan berikan salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya.

IV.    Dokumentasi
Dokumentasi discharge planning berisi :
1.   Resume perawatan pasien selama di puskesmas
2.   Resume rencana penanganan dan tata laksana pasien selanjutnya
3.   Regimen pengobatan pasien
4.   Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi selanjutnya
5.   Nomor kontak yang dapat dihubungi jika terjadi kondisi emergency



BAB V
PENUTUP


Discharge planning keperawatan merupakan kompenan yang terkait dengan proses perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfusngsi fisik. Sehingga dengan adanya panduan rencana pemulangan pasien ini dapat digunakan sebagai acuan dokumentasi pertanggungjawaban seorang tenaga medis dalam proses pelayanan perawatan pasien.